Faktor genetik dan pendidikan sering disebut-sebut sebagai hal yang berpengaruh besar terhadap kecerdasan seseorang. Namun sebuah penelitian terbaru mengklaim bahwa penyakit jauh lebih banyak mempengaruhi kecerdasan seseorang.
Ilmuwan dari University of New Mexico menganalisis nilai IQ (Intelligence Quotient) di Amerika Serikat dan menemukan bahwa paparan penyakit menular berpengaruh besar terhadap kekuatan otak.
Alasannya adalah karena manusia, terutama anak-anak, mencurahkan banyak energi untuk proses kerja otak. Jika penyakit yang menguras energi terjadi maka kecerdasanlah yang pasti menjadi korban. Penemuan tersebut dilaporkan dalam jurnal Scientific American.
"Penyakit menular merupakan faktor yang dapat merampas sejumlah besar energi dari perkembangan otak. Bukti menunjukkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab utama bervaraisinya kecerdasan manusia secara global," kata penulis penelitian Christopher Eppig seperti dilansir dari DailyMail, Jumat (9/9/2011).
Epigg dan timnya telah menelaah teori tentang apa saja yang dapat diuji untuk mempengaruhi tingkat IQ termasuk pendidikan, kekayaan dan gagasan bahwa orang yang tinggal makin jauh dari sub-Sahara makin pintar dengan pemikiran bahwa otak tidak perlu berusaha keras untuk menjamin kelangsungan hidup. Tapi karena kondisi yang bervariasi di tempat lain, teorinya adalah bahwa proses berpikir lebih diperlukan untuk bertahan hidup, sehingga menyebabakan IQ naik.
Namun, setelah melihat tingkat kecerdasan di seluruh Amerika, Eppig dan timnya menepis teori-teori ini. "Negara-negara dengan lima rata-rata IQ terendah memiliki tingkat penyakit menular yang lebih tinggi dari dibandingkan negara dengan lima rata-rata IQ tertinggi," kata Eppig.
Ia berharap hipotesis timnya akan memungkinkan orang-orang untuk membantu meningkatkan IQ di seluruh dunia dengan lebih efisien. "Jika faktor-faktor utama adalah faktor genetik seperti yang telah diusulkan beberapa orang, maka nilai IQ akan cenderung sangat sulit berubah," pungkas Eppig. source
Ilmuwan dari University of New Mexico menganalisis nilai IQ (Intelligence Quotient) di Amerika Serikat dan menemukan bahwa paparan penyakit menular berpengaruh besar terhadap kekuatan otak.
Alasannya adalah karena manusia, terutama anak-anak, mencurahkan banyak energi untuk proses kerja otak. Jika penyakit yang menguras energi terjadi maka kecerdasanlah yang pasti menjadi korban. Penemuan tersebut dilaporkan dalam jurnal Scientific American.
"Penyakit menular merupakan faktor yang dapat merampas sejumlah besar energi dari perkembangan otak. Bukti menunjukkan bahwa penyakit infeksi merupakan penyebab utama bervaraisinya kecerdasan manusia secara global," kata penulis penelitian Christopher Eppig seperti dilansir dari DailyMail, Jumat (9/9/2011).
Epigg dan timnya telah menelaah teori tentang apa saja yang dapat diuji untuk mempengaruhi tingkat IQ termasuk pendidikan, kekayaan dan gagasan bahwa orang yang tinggal makin jauh dari sub-Sahara makin pintar dengan pemikiran bahwa otak tidak perlu berusaha keras untuk menjamin kelangsungan hidup. Tapi karena kondisi yang bervariasi di tempat lain, teorinya adalah bahwa proses berpikir lebih diperlukan untuk bertahan hidup, sehingga menyebabakan IQ naik.
Namun, setelah melihat tingkat kecerdasan di seluruh Amerika, Eppig dan timnya menepis teori-teori ini. "Negara-negara dengan lima rata-rata IQ terendah memiliki tingkat penyakit menular yang lebih tinggi dari dibandingkan negara dengan lima rata-rata IQ tertinggi," kata Eppig.
Ia berharap hipotesis timnya akan memungkinkan orang-orang untuk membantu meningkatkan IQ di seluruh dunia dengan lebih efisien. "Jika faktor-faktor utama adalah faktor genetik seperti yang telah diusulkan beberapa orang, maka nilai IQ akan cenderung sangat sulit berubah," pungkas Eppig. source
No comments:
Post a Comment