Wednesday, September 7, 2011

Home » » Pernahkah Anda Berdialog dengan HATI?

Pernahkah Anda Berdialog dengan HATI?

Ada sebuah ungkapan luar biasa ketika saya berlibur ke Jogja, menikmati insentif liburan secara gratis, sebuah ungkapan dari penjual wedang jahe di perapatan Malioboro, ungkapan yang pas dan tepat tentunya buat kita semua, ungkapan itu kira-kira kalo bahasa indonesianya seperti ini :

Pernahkah Anda Berdialog Dengan Hati ?
Pernahkah Anda Berdialog Dengan Hati ?
 
"Orang sudah tidak lagi menggunakan hatinya sebagai meteran. Lebih peduli otak sebagai ukuran. Kebanyakan manusia sudah melupakan hatinya sendiri, lupa berdialog dengan hatinya sendiri. Kalau seseorang lupa berdialog dengan hatinya sendiri, sudah barang pasti dia itu jauh dari Tuhan Yang Maha Esa, karena di dalam Hatilah Sang Maha Halus itu berada".

Pembaca Manajemen Emosi yang budiman, tentu kita semua memiliki hati dan tentu kita tahu apa fungsinya. Mungkin selama ini kita beranggapan bahwa hati hanya sebagai tempat menyimpan rahasia kita, kejelekan kita atau tipu daya kita. Tapi percaya atau tidak, hati tidaklah bisa ditipu, semakin anda tidak jujur kepada hati anda sendiri berarti anda melukai hati anda sendiri, membuat hati anda jauh dari Sang Maha Halus. Lalu mengapa anda melukainya ? apa anda tidak merasa kasian?

Tanpa disadari kebanyakan orang telah melukai hatinya, mencampakkan hati dengan dalih keduniaan. Mengapa saya katakan demikian? coba anda lihat disekeliling anda, banyak orang yang bekerja tidak dengan hatinya tapi justru dengan otaknya saja. Maka anda akan tahu sendiri bahwa semua hanyalah tipu daya .Akhirnya yang ada hanyalah keinginan-keinginan keduniawian yang menimbulkan persaingan tidak sehat dan kebobrokan moral. Betapa banyak sarjana dan doktor di berbagai bidang namun kenapa masih saja ada timbul penipuan, suap dan berbagai hal. Jawabannya satu, TIDAK LAGI BISA BERDIALOG DENGAN HATI.


Hati adalah cermin buat kita. Hati kita tidaklah bisa di bohongi, dibodohi atau di kelabui. Sehebat apapun kita berkata "TIDAK" namun hati mengatakan "IYA", maka hati itu tidak bisa berdusta. Mulut kita saja yang bisa. Ketika seseorang tidak lagi menjadi hati sebagai barometer semua tingkah lakunya, maka hati itu bisa mati dan tidak lagi bisa empati kepada sesama. Lalu apakah ini yang kita inginkan?

Oleh sebab itu, Pembaca Manajemen Emosi yang budiman, siapapun anda dari latarbelakang yang bagaimanapun sebenarnya memiliki hati yang baik. Hati yang bersih dan hati yang bening, suci. Namun kitalah yang membuat hati itu tidak lagi bening, jernih dan bersih, terlalu banyak kesalahan dan kebodohan yang kita perbuat sehingga hati itu kusam berdebu bahwakan pecah. Maka yang perlu kita lakukan adalah kembali berdialog dengan hati. Sisihkan waktu beberapa menit untuk merenung, bertanyalah pada hati anda dan berdialoglah. Ketika anda berdialog dengan hati disuasana renungan. Sang Maha Halus ada bersama anda. Karena anda akan menikmati puisi cinta dariNya. source

No comments:

Post a Comment